Deskripsi
Keris Carang Soka, dengan segala keunikan dan filosofi yang terkandung di dalamnya, menjadi bukti nyata akan kedalaman warisan budaya nenek moyang kita. Melalui pemahaman dan penghormatan terhadap keris, kita dapat menggali kearifan lokal yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan filosofis, yang senantiasa relevan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Keris Pamor Adeg Singkir TUS – Keris TUS yaitu Tangguh Utuh Sepuh umumnya memiliki kriteria tertentu untuk menilai sebuah keris baik dari sisi eksoteri, maupun isoterinya. Beberapa kriteria pokok antara lain, Tangguh (masa pembuatan), Sepuh (umur keris), dan Wutuh (keutuhan bilah).
Harga jual keris banyak ditentukan oleh ketiga faktor tersebut. Semakin tua dan semakin utuh sebuah keris, harganya semakin mahal. Sebuah pengecualian tentu saja diberikan kepada keris yang memang sudah mahal sejak awalnya, karena hiasan intan, permata, kinatah emas dan gading yang menjadi pelengkap sebuah keris, baik di bilah maupun di warangkanya. Tentu itu sudah punya nilai tersendiri.
Pamor Adeg Singkir
Jenis pamor pada keris ini adalah salah satu motif atau pola gambaran yang menyerupai deretan garis membujur dari pangkal hingga ujung keris, seperti rambut lurus yang terurai. Pamor ini dikenal sebagai pamor adeg, namun jika garisnya lembut dan tidak tebal menyerupai rambut, sering disebut pamor adeg mrambut. Jika garisnya terputus-putus, disebut pamor mrambut.
Pada masa ketika negeri ini masih berbentuk kerajaan, senjata utama rakyat adalah keris dan tombak, karena senapan atau bahan peledak belum dikenal. Kedua senjata ini termasuk dalam kategori senjata tikam dengan bahan baku utama dari besi baja, digunakan oleh para prajurit kerajaan untuk melindungi kerajaan dari serangan musuh.
Dampaknya, pande besi bermunculan di hampir setiap desa seperti jamur di musim penghujan. Seiring dengan berkembangnya pande besi sebagai pembuat senjata tajam, juga muncul empu-empu digdaya yang mahir membuat pusaka.
Salah satu produk tosan aji dari seorang empu tersebut adalah keris berpamor Adeg. Dalam buku primbon pusaka dan diyakini oleh pecinta tosan aji, pusaka berpamor Adeg memiliki tuah untuk menangkal guna-guna, menghindari gangguan makhluk halus, angin ribut, dan kebakaran. Oleh karena itu, pamor Adeg Mrambut sering disebut sebagai pamor singkir, menyingkirkan mara bahaya dan segala yang tidak diinginkan.
Pusaka berpamor Adeg terus dicari oleh para pemerhati pusaka. Selain pamor Adeg, ada juga pamor Adeg Iras yang fungsinya kurang lebih serupa. Beberapa pecinta keris menyebut pamor adeg dengan sebutan pamor singkir, meskipun sebenarnya “Singkir” bukanlah nama pamor melainkan nama empu dari zaman yang berbeda. Apapun itu boleh dan sah-sah saja menyebutnya dengan pamor Singkir untuk mengenang Empu pembuatnya. Dalam pandangan publik, pamor singkir memiliki konotasi untuk menolak halangan atau menyingkirkan hal-hal jelek yang tidak diinginkan.






Ulasan
Belum ada ulasan.